![]() |
martabak telur |
KilasNegara - Siapa tak kenal martabak? Kudapan yang kerap dijajakan di malam hari ini telah begitu melekat di hati masyarakat Indonesia. Dengan ragam varian mulai dari martabak telur yang gurih nan renyah hingga martabak manis dengan aneka topping kekinian, martabak selalu sukses menggugah selera. Namun, tahukah Anda dari mana sebenarnya asal usul makanan populer ini?
Kata "martabak" sendiri berasal dari bahasa Arab, "mutabbaq", yang secara harfiah berarti "terlipat". Penamaan ini merujuk pada cara pembuatan adonan yang dilipat untuk membungkus isiannya. Dari penamaannya saja, sudah tercium jejak pengaruh Timur Tengah dalam sejarah martabak.
Martabak Telur: Perjalanan dari Timur Tengah dan India
Sejarah martabak telur diyakini berakar dari Timur Tengah dan India. Makanan serupa yang dikenal sebagai "mutabbaq" memang sudah ada di wilayah tersebut sejak lama. Biasanya, mutabbaq berupa roti pipih yang diisi dengan daging cincang dan rempah-rempah, kemudian dilipat dan digoreng.
Para pedagang dan imigran Muslim dari India dan Yaman disebut-sebut sebagai pihak yang membawa kuliner ini ke Asia Tenggara, termasuk ke wilayah pesisir Indonesia seperti Sumatera dan Jawa, diperkirakan pada abad ke-19. Di Indonesia, martabak telur kemudian mengalami penyesuaian dengan selera lokal. Isiannya berkembang tidak hanya daging, tetapi juga campuran telur (umumnya telur bebek atau ayam), daun bawang, serta bumbu rempah yang semakin kaya.
Salah satu kisah yang populer menyebutkan bahwa martabak telur yang kita kenal saat ini banyak dipopulerkan oleh pedagang dari Tegal, khususnya daerah Lebaksiu. Konon, seorang pemuda India memperkenalkan martabak kepada penduduk lokal di sana, yang kemudian mengadaptasi dan mengembangkannya hingga menjadi seperti sekarang dan menyebar ke berbagai kota di Indonesia.
Martabak Manis (Terang Bulan): Kreasi Tionghoa di Tanah Bangka
![]() |
martabak manis |
Berbeda dengan martabak telur yang memiliki akar di Timur Tengah dan India, martabak manis justru memiliki cerita asal usul yang berbeda dan lebih kental dengan nuansa lokal Indonesia, khususnya dari Bangka Belitung.
Martabak manis, yang di beberapa daerah juga dikenal dengan nama "Terang Bulan", "Kue Bandung", atau "Hok Lo Pan", diciptakan oleh warga keturunan Tionghoa (suku Hakka atau Khek) di Bangka. Nama asli "Hok Lo Pan" sendiri memiliki arti "Kue Orang Hok Lo".
Pada awalnya, Hok Lo Pan memiliki isian yang sangat sederhana, hanya berupa gula dan wijen sangrai. Adonannya yang terbuat dari tepung terigu dimasak di atas loyang bulat hingga mengembang dan bertekstur kenyal dan tebal. Seiring waktu, variasi topping martabak manis semakin berkembang pesat, mengikuti kreativitas para penjual dan selera konsumen. Kini, kita bisa menemukan martabak manis dengan topping cokelat, keju, kacang, pisang, hingga berbagai rasa modern seperti green tea atau red velvet.
Penyebaran martabak manis ke berbagai daerah di Indonesia juga tak lepas dari peran para perantau dari Bangka Belitung yang menjajakan Hok Lo Pan di luar daerah asalnya. Nama "Martabak Bandung" konon muncul karena kepopuleran martabak manis yang dibawa dan dijual oleh pedagang dari Bangka di kota Bandung. Sementara nama "Terang Bulan" merujuk pada bentuk dan permukaan martabak manis setelah matang yang bulat dan memiliki pori-pori, menyerupai permukaan bulan.
Tags
Gaya HIdup